Masjid Menara Kudus |
Oleh : M. Khaliq Shalha
Di
zaman super sibuk dan serba cepat
ini menimbulkan
kestresan manusia dengan tensi tinggi sehingga sewaktu-waktu mereka membutuhkan
rekreasi untuk refreshing, berpelesiran ke tempat-tempat eksotis. Berwisata bukan
lagi sekadar gaya hidup tapi kebutuhan hidup bagi setiap kalangan, baik para
elitis atau kalangan populis.
Para
pengusaha penat dengan mengelola perusahaannya; pekerja letih dan bosan dengan
pekerjaannya dengan sederetan tuntutan dan tekanan dari atasannya di mana
mereka bekerja; ulama, kiai, ustadz, guru dan dosen sering jengkel melihat polah
tingkah anak didiknya yang mbeling dan menyebalkan hingga membutuhkan kesabaran
ekstra dalam mendidikanya; para pelajar jenuh dengan belajarnya karena
menghabiskan hari-harinya bersama
setumpuk mata pelajarannya demi menata
masa depannya. Mereka semua butuh rekreasi pada hari-hari tertentu, khususnya di hari
libur.
Menuju Kota Malang |
Geliat
penggarapan obyek wisata bukan hanya di kota-kota, tapi juga di desa dengan
andalan wisata alam atau beragam obyek wisata menarik lainnya semakin digalakkan. Dan, obyek
wisata alam di desa malah menjadi jujukan dan primadona orang-orang yang
kesehariannya beraktivitas di kota. Sementara orang-orang desa tertarik
berkunjung ke kota. Begitulah mobilitas masyarakat desa-kota sebagai khazanah
sosial negeri kita tercinta.
Makbarah Sunan Kudus |
Candi Tikus Trowulan Mojokerto |
Coban Rondo Malang |
Banyak
ayat Al-Qur’an secara tersurat maupun tersirat menganjurkan manusia untuk
berwisata sehingga hati mereka tersentuh menjiwai kebenaran, keagungan dan
keindahan ayat-ayat Tuhan yang terbentang di jagat raya ini maupun dalam diri
mereka sendiri sehingga meneguhkan hatinya tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup.
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي
أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ
بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ .
Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran
itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu? (QS. Fushshilat [41]: 53).
Tebuireng Jombang |
Suatu
hal yang perlu diperhatikan oleh wisatawan adalah motifnya dalam berwisata,
sebagaimana sedikit disentil di atas. Karena tentu banyak di antara kita yang
tidak menyadari bahwa berwisata pada hakikatnya jika dilihat dari kacamata
tasawuf memiliki makna yang signifikan untuk kemajuan hidupnya lahir batin.
Jika motif mereka sekadar ingin berlibur, latah, menghabiskan sekian banyak
uang recehan dan motif tak jelas lainnya, tentu aktivitas liburannya sekadar
refreshing sebentar, ikut-ikutan orang lain dan menghabiskan sekian banyak pundi-pundi
rupiah, setelah itu tidak memiliki pengaruh perubahan spiritual dan kedewasaan
sosial. Gambaran kondisi berwisata seperti itu tergolong dilakukan oleh
orang-orang dengan tingkat kualitas dirinya masih rendah. Oret-oretan sederhana
ini mengajak kita untuk menjadi wisatawan yang berkualitas tinggi.
Bukit Cinta (Jabal Rahmah) Pamekasan |
Ngadem di ATM Prenduan |
Abdul
Aziz bin Abdullah al-Humaidi dalam bukunya, Umar bin Abdul Aziz: Sosok
Pemimpin Zuhud dan Khalifah Cerdas menorehkan kisah dari Ibnu Abdul Hakim
bahwa suatu ketika Umar bin Abdul Aziz bersama Sulaiman bin Abdul Malik pergi
berwisata. Setibanya di obyek wisata yang dituju, masing-masing mengeluarkan
bekal makanan yang dibawa dan masuk ke dalam ruangan yang telah disiapkan.
Kebetulan Sulaiman sekamar dengan Umar. Tiba-tiba keberadaan Umar tidak
diketahui oleh Sulaiman. Sulaiman yang pada waktu
itu menjabat sebagai khalifah memerintahkan pengawalnya untuk
mencari. Sang pengawal menemukan Umar sedang berada di bawah pohon dan
bersedih.
Berita
itu kemudian disampaikan kepada Sulaiman. “Apa yang membuatmu sedih wahai
Umar?” tanya Sulaiman. “Yang membuatku sedih adalah aku ingat hari kiamat
nanti. Siapa yang membawa bekal maka akan mendapatkan bekalnya, sedangkan aku
sekarang tidak membawa bekal maka aku tidak bisa makan,” jawab Umar.
Demikian
kecerdasan dan kecepatan Umar mengaitkan situasi yang dia alami dengan kondisi
besok pada hari kiamat. Saat itu ia tidak bisa mengeluarkan bekal karena dia
tidak membawa, sedangkan teman-temanya mengeluarkan bekal yang mereka bawa.
Pikiran Umar lebih cepat terpental menangkap sinyal peristiwa mahadahsyat yang akan
terjadi kelak daripada meminta bekal kepada Sulaiman.
Kafe Sawah Pujon Kidul Malang |
La haula wala quwwata illa billah. Tiada daya dan upaya hamba ini untuk meraih yang
terbaik kecuali dengan pertolongan Allah.
Wallah a’lam bis shawab.
***
Sumenep, 28
Desember 2019