Minggu, 05 Januari 2020

TERJERAT PANJANG ANGAN-ANGAN

Oleh : M. Khaliq Shalha

Salah satu potensi yang ada dalam diri manusia adalah angan-angan yang bila berlebihan bisa menjerat manusia sendiri pada pola pikir dan tindakan negatif.

Angan-angan berlebihan itu disebut "thulul amal" (panjang angan-angan), saya singkat saja PAA. PAA menurut kebanyakan ulama tasawuf adalah berkehendak hidup lama disertai angan bahwa kehendaknya sudah pasti. Sedangkan pendek angan-angan (qashrul amal) suatu kehendak dengan tidak menyertakan angan kepastian tapi dengan sandaran insya Allah. Tipe kedua inilah terpuji.

PAA kata Imam al-Ghazali dalam Minhajul 'Abidin, dapat mencegah segala kebaikan dan ketaatan, dan malah menarik segala macam kejelekan. Celakanya lagi, PAA merupakan penyakit--nyaris--tidak ada obatnya.

Saya mengikuti pengajian kitab Minhajul 'Abidin oleh Prof. Dr. KH. Abd. A'la, M.Ag di PP. Annuqayah Latee, 4 Januari 2020

Dampak negatif PAA yang bisa menjerat seseorang, kata al-Ghazali, setidaknya jatuh pada empat hal: Pertama, meninggalkan ketaatan dan menumbuhkan sifat malas. Kedua, enggan bertaubat. Ketiga, tamak mengumpulkan dunia dan dipersibuk olehnya hingga melupakan akhirat dengan asumsi, dirinya khuwatir akan jatuh miskin di hari tua. Keempat, hatinya keras, melupakan akhirat sebagai efek dari perasaan: jika seorang berangan akan hidup lama, ia akan melupakan kematian dan alam kubur.

Jika sudah tersungkur dalam empat hal itu, orang cenderung menghalalkan berbagai macam cara. Berpolah tingkah semaunya. Dunia bersama kemilaunya dipandang sebagai segala-galanya, padahal kata al-Qur'an, kehidupan dunia sekadar perhiasan yang menipu. Tak ubahnya fatamorgana di musim kemarau.

Sahabat cendekiawan-spiritualis, Ali bin Abi pernah berkata: "Dua hal yang paling saya takutkan atas kalian semua: panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Ingatlah (awas..!), panjang angan-angan menyebabkan lupa akhirat dan mengikuti hawa nafsu akan mencegah kebenaran."

Lalu potensi apa yang harus dinyalakan dalam diri agar manusia tidak terjerat PAA? Niyatun shalihah, niat yang baik atau cita-cita mulia. Dalam hal ini ulama mengartikannya dengan keinginan untuk menggapai sesuatu secara sempurna dengan optimisme tinggi disertai kepasrahan atau penyerahan diri kepada Allah.

Wallah a'lam bis shawab.

Sumenep, 5 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar