Minggu, 23 Juni 2019

MENUMBUHKAN MINAT BACA DI PEDESAAN

Oleh: M. Khaliq Shalha

KEMAJUAN teknologi informasi dan transportasi menyebabkan tersingkapnya era globalisasi, era kampung dunia. Dunia bagai satu kampung saja. Desa dan kota sama saja dalam satu sisi. Ibarat slogan KB; ... laki-laki dan perempuan sama saja. Namun kecenderungan masyarakat desa dominan mengakses informasi TV. Tentang akses sumber pengetahuan lewat membaca masih jauh dari harapan. Sedikitnya ada dua faktor dalam masalah ini; minimnya bahan bacaan utamanya buku, atau karena minat baca belum terbentuk oleh lingkungan.

Lalu tanggung jawab siapa untuk membuat tradisi positif (sunnah hasanah) ini? Orang tua dan lembaga pendidikan. Ya, bisa jadi. Orang tua banyak tidak sadar pentingnya membaca. Bermasalah juga. Maka tugas lembaga pendidikan dominan untuk menciptakan tradisi ini terutama dalam bentuk penyediakan perpustakaan sekolah yang profesional. Strategi pengelolaannya harus cerdas hingga bisa diminati oleh masyarakat sekolah.

Saya melakukan survei ke lembaga yang kabarnya maju namun ketika diamati perpustakaannya amburadul. Isinya acak-acakan. Tidak mendukung dalam menumbuhkan tradisi membaca. Sangat ironis dan menyedihkan. Pelat merah kok masih begitu.

Bagi sekolah yang pelat hitam (swasta) tak perlu risau karena dana minim. Banyak cara yang bisa dilakukan bila punya niat bulat. Prinsip ekonomi harus dipakai.

1 komentar: