Rabu, 03 Desember 2014

BUKU DAN PRODUKTIVITAS MENULIS

M. Khaliq Shalha  


Buku ibarat pesugihan yang bisa mendatangkan banyak inspirasi bagi pembacanya dan menyuguhkan data-data yang dibutuhkan. Bisa pula sebagai perhiasan yang sewaktu-waktu bisa dipakai dalam setiap kesempatan yang tepat untuk beraksesoris dengannya. Semikin banyak buku, semakin mudah untuk memperkaya gagasan dan data dalam berkreasi.
Para pegiat tulisan membutuhkan banyak referensi untuk mempermudah dan memperoleh hasil tulisan yang relatif memuaskan hingga layak disuguhkan ke publik. Penulis bagai tukang bangunan. Tukang bangunan dikatakan hebat apabila mampu menciptakan model baru hasil kreasinya yang berbeda dengan karya orang lain.
Namun perlu diingat bahwa tukang yang hebatpun sangat tergantung kepada orang lain dalam memperoleh bahan baku. Batu-bata, pasir, semen, kawat, kayu, genting dan bahan lainnya adalah produk orang lain. Tugas tukang adalah bagaimana ia mampu menata bahan-bahan itu menjadi bangunan yang menawan, membuat setiap orang yang melihatnya bertanya-tanya, siapa gerangan tukangnya?
Tetapi ada sedikit perbedaan antara keduanya. Bagi tukang bangunan tidak menjadi soal apabila karyanya persis dengan karya tukang lain. Tidak dianggap tindakan plagit. Justru seandainya pencetus model bangunan itu tahu bahwa karyanya ditiru orang lain maka ia akan bangga. Hanya model bangunan sulit dilacak siapa pencetus murninya. Berbeda dengan penulis, karyanya tidak boleh sama persis--apalagi sampai titik komanya--dengan karya orang lain sebelumnya. Tindakan itu tergolong plagiat yang tidak terpuji.
Plagiat ada dua; murni dan semi. Plagiat murni mengatasnamakan dirinya pada karya orang lain dengan cara mengganti nama. Plagiat murni ini lebih mudah dihindari. Plagiat semi (tidak begitu plagiat), hanya ada beberapa bagian yang mengambil kalimat orang lain, misalnya satu paragraf. Cara menghindari plagiat semi ini adalah dalam membuat tulisan hindari melihat secara total pada buku yang dirujuk. Sebaiknya sebelum membuat tulisan, penulis sudah menelaah buku yang diperlukan sampai paham, lalu menuangkannya dengan redaksi sendiri, dijamin tidak akan sama persis. Ibarat hadis kudsi atau hadis biasa; maknanya dari Allah tapi kata-katanya dari Nabi.
Jika Anda ingin bertanya tentang kekayaan seorang intektual, tanyakanlah berapa buku yang sudah dimiliki dan dibaca? Jika Anda ingin bertanya tentang kekayaan pebisnis, tanyakanlah berapa jumlah uang yang sudah dimiliki? Koleksi buku harus paralel dengan pengembangannya, yaitu tekun dalam membuat tulisan. Penulis adalah pahlawan pena yang dengan karyanya banyak membuat orang menjadi paham arti kehidupan. Salam literasi!

Sumenep, 3 Desember 2014


2 komentar: