Jumat, 02 Agustus 2019

KEAJAIBAN SILATURRAHMI


Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambung tali persaudaraan.” (HR. Bukhari Muslim).

Menyambung tali persaudaraan atau populer dengan sebutan silaturrahmi, yang dalam Islam tergolong salah satu ajaran yang urgen. Memutuskan tali persaudaraan merupakan bagian tindakan yang berbuah dosa.

Jalinan persaudaraan dilakukan antar kerabat, teman, saudara seagama (akhun fillah) atau dengan sesama manusia secara umum, memantik kedamaian di antara mereka hingga melahirkan ragam manfaat. Misalnya, lahirnya kepekaan tolong-menolong antar sesama dalan hal kebaikan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di antara mereka.

Jaminan baku buah dari silaturrahmi, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih tersebut, dapat kita pahami dalam dua pemaknaan. Pertama, bagi pegiat silaturrahmi, umurnya dan rezekinya akan ditambah secara kualitas. Artinya, keberkahan umur dan rezeki akan ditambah.

Kedua, bertambahnya umur dan rezeki secara kualitas dan kuantitas. Itulah ajaibnya. Hal itu urusan mudah bagi Allah, Sang Pemilik umur dan rezeki.


Apakah umur bisa bertambah? Mungkin bisa bertambah. Dengan silaturrahmi dapat menjadi solusi terhadap suatu persoalan yang sebelumnya mengendap dan beku dalam pikiran sehingga bisa mencair. Dalam silaturrahmi pula, suasana keakraban, riang gembira dan gelak tawa menjadi pecah. Kondisi seperti itulah memungkin kejiwaan seseorang menjadi lebih sehat sehingga menambah panjang umur.

Kemudian mengenai makin murahnya rezeki, lebih logis lagi. Dengan silaturrahmi terbangun komunikasi muamalat yang relatif sama-sama menguntungkan semua pihak di dalamnya hingga bisa membuka pintu peluang rezeki dengan mudah.

Cara bersilaturrahmi dapat dilakukan secara individu keluarga (domestik), seperti pada momen hari raya. Dan, bisa pula secara terorganisir (publik) secara berkala, misal ada perkumpulan tahlilan dan sejenisnya. Efek silaturrahmi bisa efektif dan efisien bila didasarkan pada ketulusan hati, bukan karena modus tertentu.

Wallah a'lam.

M. Khaliq Shalha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar