Sabtu, 03 Agustus 2019

PENDIDIKAN KEMANDIRIAN ANAK

Kasih orang tua kepada anak tak terhingga sepanjang masa. Dalam peribahasa lain dikatakan, kasih sayang orang tua kepada anak sepanjang jalan dan kasih sayang anak kepada orang tua sepanjang galah. Bila anak terjatuh ke dalam sumur, orang tua tanpa berpikir panjang, langsung meloncat ke sumur untuk menyelamatkan anaknya, tapi bila orang tua terjatuh ke sumur, anak masih sibuk mau mencari tangga.

Betapa agung, tak tertandingi dan tak terbantahkan kasih sayang orang tua kepada anak. Namun kasih sayang orang tua hendaknya jangan sampai menghambat proses pendewasaan mental anak. Layanan orang tua jangan sampai memanjakan anak, terutama ketika sudah  mulai remaja, keperluan anak sebaiknya tidak serba diladeni; tidur, makan, mandi, mencuci, berbelanja dan lain-lain. Bila potensi negatif kepribadian anak tumbuh lebih subur ketimbang potensi positifnya, alamat orang tuanya cenderung dijadikan budak. Kecenderungan anak selalu menggantungkan urusannya pada orang tua, sampai tumbuh kawin pun.

Sebaiknya bagi orang tua sejak dini memberikan pendidikan kemandirian pada anak. Dengan cara modeling atau memberikan teladan dalam berbagai aspeknya lalu mengajak anak berpartisipasi di dalamnya. Bersih-bersih, menanak, mencuci, membaca, menulis, bersedekah dan lainnya hendaknya melibatkan anak, sehingga anak terbiasa berkiprah dalam ranah kehidupan nyata dengan penuh tanggung jawab.

Kadang anak-anak dari keluarga di bawah garis kemiskinan lebih siap menghadapi kehidupan dewasa dalam berbagai aspeknya yang serba kompetitif. Mereka sudah biasa hidup malarat saban harinya. Mereka punya kesiapan menyongsong masa depan penuh harap dan semangat. Mereka siap peras keringat banting tulang dalam menjalankan misi kemanusiaannya.

Salah asuh bisa berakibat relatif fatal bagi masa depan anak. Memanjakan anak semanja-manjanya bukanlah wujud dari kasih sayang yang hakiki untuk jangka panjang. Tindakan bijak orang tua adalah memberikan pendidikan kemandirian kepada anak sejak dini. Itulah kasih sayang yang sebenarnya.

Wallahu a'lam.

M. Khaliq Shalha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar