Senin, 10 Februari 2020

SYAIKH AHMAD KHATIB SAMBAS (Mengenal Perintis Kolaborasi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah)

Oleh : M. Khaliq Shalha


Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1803-1875 M), Kalimantan Barat, sejak mudanya memiliki semangat menggebu-gebu untuk belajar ilmu-ilmu keislaman hingga beliau menjatuhkan pilihan untuk bermukim lebih lama di Makkah al-Mukarramah, mengingat iklim politik di Nusantara waktu itu tidak kondusif untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Syaikh Ahmad Khatib Sambas muncul sebagai tokoh sufi dan perintis kombinasi autentik dua tarekat besar: Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

Tarekat Qadiriyah asal mulanya digagas oleh Syaikh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Zangi Dost al-Jailani (w. 1166 M), yang pepuler dengan nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tarekatnya mengacu pada tradisi mazhab  Iraqi yang dibangun oleh Imam al-Junaid.

Sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah dibangun oleh Syaikh Muhammad ibn Muhammad Baha'uddin al-Uwaisyi al-Bukhari al-Naqsyabandi (w. 1389 M) yang didasarkan pada tradisi al-Khurasani yang dipelopori oleh al-Busthami.

Kedua jenis tarekat inilah yang dengan brilian diramu dan diracik oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas dalam satu kesatuan yang bulat seperti dikenal di kalangan umat Islam sekarang ini. Kitabnya, Fathul 'Arifin, menunjukkan integritas keilmuan Syaikh Ahmad Khatib Sambas di lingkungan masyarakat Islam.

Tarekat Ahmad Khatib Sambas diamalkan oleh masyarakat Islam di belahan dunia, terutama di negara-negara yang bermazhab Syafii dan bertasawuf ala Imam al-Junaid dan Imam al-Busthami.


Demikian serpihan konten buku Tasawuf Sebagai Kritik Sosial gubahan KH. Said Aqil Siraoj. Semoga menambah pengetahuan bagi para pemula tentang tarekat (organisasi tasawuf) ini, karena bisa jadi sebagian para pengamal tarekat kolaborasi ini belum tahu asal muasal tarekatnya.

Saya sendiri bukan anggota resmi dari berbagai tarekat muktabarah yang ada, tapi sebagai simpatisan saja. Berdiri di atas semua golongan.

Ada ungkapan yang maknanya begitu mendalam dalam tarekat kolaborasi ini: Ilahi, anta maqshudi wa ridhaka mathlubi. A'thini mahabbatika wa ma'rifatak (Tuhanku, Engkaulah tujuanku dan ridha-Mu kucari. Anugerahkanlah cinta dan makrifat-Mu).

M. Khaliq Shalha
Sumenep, 6 Februari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar