Rabu, 26 Februari 2020

KESAKRALAN HUBUNGAN SILATURRAHMI DALAM MENECIPTAKAN HARMONI KEHIDUPAN

Oleh : M. Khaliq Shalha



Dalam Islam, ketauhidan (monoteisme) dan humanisme tak bisa dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang. Sebagaimana terlihat jelas, misalnya, dalam surat al-Ma'un.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ  .فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ  .وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ  .فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ  .الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ .  الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ  .وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ .

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan (orang) untuk memberi makan orang miskin. Maka, celakalah mereka yang (meski) shalat, (namun) lalai dalam shalatnya;  orang-orang yang riya (shalatnya) dan (bahkan) sedikit pun tak mau menolong (mereka yang membutuhkan). (QS. al-Ma'un [107]: 1-7).

Oleh karena itu, Islam sangat menjunjung tinggi humanisme untuk mewujudkan harmoni antarsesama. Jalinan yang armonis itu kemudian disebut "silaturrahmi" yang tak boleh tidak harus dirawat bersama.

Dalam hadits qudsi disebutkan, sebagaimana dikutip oleh Hafizh Hasan al-Mas'udi dalam kitabnya, Taisirul Khallaq fi 'Ilmil Akhlaq. Nabi bersabda, Allah berfirman, "Aku (Allah) Maha Pengasih (ar-Rahman). Rahim (kerabat) ini Aku derivasikannya dari nama-Ku. Maka, barang siapa bersilaturrahmi, Aku pasti menyambungkannya dan barang siapa memutuskan silaturrahmi, Aku akan putus hubungan dengannya." Konten hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa agungnya nilai silaturrahmi sehingga Allah mengapresiasinya dengan sebutan yang diambil dari salah satu nama-Nya.

Silaturrahmi akan mempererat hubungan kekerabatan, baik kerabat dekat atau kerabat jauh sehingga akan terjalin ukhuwah (persaudaraan): ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan), level paling universal; ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan); dan ukhuwah diniyah (persaudaraan seagama).

Manusia, di mana pun berada, jika ditarik nasabnya pada level paling atas (puncak), akan ketemu pada satu nenek moyang, yaitu Nabi Adam. Oleh karena itu, kita ini patut bangga karena kita semua sama-sama keturunan Nabi, yaitu Nabi Adam. Maka, tak ada alasan manusia dengan sesamanya untuk saling sikat dan sikut, saling gasak dan gesek. Semestinya saling asah, asih, dan asuh.

Peristiwa atau tragedi kemanusiaan yang tragis terjadi di buka bumi ini ketika manusia (insan) kehilangan kesadarannya sebagai manusia hingga berganti kesadaran hewan predator. Dalam banyak ayat al-Qur'an, manusia disebut "al-insan" yang jika dirunut dari akar katanya, "a-na-sa" bermakna harmoni. Harmoni inilah yang perlu dijaga eksistensinya dengan silatur rahmi, diplomasi.

Maka, Rasulullah SAW memberikan statemen tentang urgensi silaturrahmi.
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Bagi siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan silaturrahmi.” (HR. Bukhari Muslim).
Jika suatu personal, kelompok, bangsa ingin lebih langgeng hidupnya dengan kemakmuran, jalinlah silaturrahmi atau diplomasi.

Wallah a'lam bish shawab.

Allahumma shalli 'ala Muhammad.

Sumenep, 26 Februari 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar