Minggu, 19 Mei 2019

RABI'AH AL-ADAWIYAH PECINTA SEJATI

M. Khaliq Shalha


Buku bergizi dalam memotret para pecinta sejati
Rabiah al-Adawiyah adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ia lahir dari keluarga amat miskin. Pada malam kelahirannya, orang tuanya tidak punya persediaan minyak tanah sebagai bahan bakar lentera sehingga rumahnya gelap gulita, dan terpaksa mencari pinjaman ke tetangganya namun belum dapat juga. Demikian pula, tidak punya minyak kelapa untuk dioleskan ke pusar jabang bayi itu.


Rabi'ah lahir di Kota Basrah, Irak, sekitar abad ke-8 tahun 713 M dan meninggal di kota yang sama pada 801 M.

Pada masa kecilnya, Rabi'ah dan tiga saudaranya ditinggal wafat kedua orang tuanya sehingga mereka yatim. Untuk menopang hidupnya mereka bekerja keras karena tidak ada harta peninggalan orang tuanya. Rabi'ah bekerja sebagai penarik perahu untuk menyeberangkan orang dari Sungai Dajlah ke tepi sungai yang lain. Saudaranya yang lain bekerja sebagai penenun kain dan pemintal benang.

Mulai sejak kecil, tanda-tanda keistimewaan Rabi'ah mulai terlihat. Dia suka termenung. Dan, pernah ketika ada jamuan makan dalam keluarnya, ia tidak bergabung. Ketika ditanya alasannya, ia mengutarakan pertanyaan, apakah makanan yang tersedia jelas-jelas dari barang halal? Lalu dijawabnya, iya, oleh keluarganya. Barulah Rabi'ah mau memakannya.

***

Faktor keterbatasan ekonomi bukanlah penghambat untuk menjadi orang besar. Rabi'ah al-Adawiyah adalah seorang tokoh sufi besar. Sampai saat ini menjadi ikon cinta. Tokoh sufi perempuan ini  barangkali paling banyak ditulis dan dikaji, baik oleh kalangan sufi sendiri maupun para penyair, misalnya Abu Amr al-Jahizh (Bayan wa al-Tibyan), Abu Thalib al-Makki (Qut al-Qulub), Abu Qasim al-Qusyyairi (al-Risalah), Abdurrahman al-Sallami (Dzikr al-Niswah), Farid al-Din al-Atthar (Tadzkirah al-Awliya) dan lainnya.

Berikut ini syair Rabi'ah yang sangat terkenal.

Ilahi, jika aku menyembah-Mu karena takut pada neraka-Mu, maka bakarlah aku dengan api neraka itu.

Dan, jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu, tutup saja pintunya!

Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta, maka bukalah tirai wajah-Mu sehingga aku bisa memandanginya.

Cinta para pecinta sejati adalah jenis cinta paling halus dan suci. Hanya Allah yang pantas dicintai, selainnya dusta!

Jalaluddin Rumi menegaskan bahwa cintalah yang merubah segalanya. Orang yang kuat perkasa menjadi tak berdaya karena cinta; orang yang lemah tak berdaya menjadi semangat bertenaga karena cinta; orang bisa menangis karena cinta, orang bisa senyum dan tertawa karena cinta. Energi cinta sedemikian dahsyatnya dalam mempengaruhi dan merubah kehidupan.

Ada ritme tersendiri dalam mencintai selain Allah, yaitu cinta sewajarnya saja. Demikian pula benci. Karena keadaan keduanya silih berganti. Apalagi ada udang di balik batu dari cinta atau bencinya. Tidak murni atau tidak ikhlas. Maka, akan lahir respons: ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang.

Maka, kiblat cinta sejati itu adalah Allah. Seperti halnya dalam sebuah lagu: "Cintai aku karena Allah. Sayangi aku karena Allah."

Wallah a'lam

Sumenep, 19 Mei 2019 M/14 Ramadhan 1440 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar