Bus Ladju |
Rabu, 8 Mei 2019 pukul 04.30 WIB saya sudah siap pulang ke Sumenep, Madura. Pukul 05.00 baru berangkat menuju jalan raya Kencong-Surabaya. Dapat bus pukul 05.30; bus Ladju. Kupesan karcis Yosowilangun-Surabaya Rp35.000.
Menikmat pemandangan indah Lumajang |
Bus bergerak lagi lalu menepi ke SPBU itu. Kuduga sekadar isi solar, ternyata penumpang dioper ke bus lain, bus Sabar Indah. Jika bus Ladju tadi melaju dengan cepat, pun bus Sabar Indah tak kalah cepatnya, bahkan masih lebih cepat. Penumpang yang akan naik di terminal Wonorejo harus tergopoh-gopoh, lari-lari kecil karena bus ini tidak tumakninah. Rupanya bus Sabar Indah ini kurang sabar memberikan pelayanan terbaik pada penumpang. Gaya pacunya bagai gaya bus-bus jurusan Surabaya-Yogyakarta, semisal Sumber Kencono alis Sugeng Rahayu alias Sumber Selamat. Doa keselamatan harus betul-betul kupanjatkan.
Dalam taksiran, dengan laju cepat ini akan segera sampai di Surabaya. Tak disangka, ada hambatan di tikungan di jalan raya Banjar Sawah, Tegal Siwalan, Probolinggo, yaitu tabrakan dahsyat bus Anggun Krida jurusan Surabaya-Jember versus truk bermuatan jeruk dan buah naga full. Menurut saksi mata, sopir kedua kendaraan itu wafat. Semoga mendapat ampunan Allah.
Insiden kecelakaan truk vs bus |
Setelah bus Krida di badan jalan raya selesai diderek, kendaraan-kendaraan dari arah timur dan barat yang sudah menyemut berjalan lancar lagi. Pukul 08.45 bus Restu yang saya tumpangi berangkat melaju lebih trengginas lagi. Sebelah barat inseden tadi, Restu ini nyaris menyeruduk motor yang mau menyeberang hingga membuat penumpang di bagian depan berteriak histeris.
Bus Restu mengejar waktu untuk sampai ke Surabaya sehingga memilih jalur tol panjang dengan meminta tambahan ongkos Rp5.000 per orang untuk karcis tol. Bus ini mengqasar jarak tempuh yang biasanya lewat di jalur biasa akhirnya diqasar via tol panjang Probolinggo-Surabaya.
Di samping kiri saya duduk seorang nenek, namanya Siyam, kalau tidak saya salah dengar, asal Surabaya yang baru saja dari rumah anaknya, katanya. Sewaktu kondektur perempuan meminta tambahan ongkos, si nenek mengeluarkan duitnya yang diikat sapu tangan. Saya lirik uangnya kisaran Rp15.000. Kuteringat nenek saya. Tak lama kuberpikir untuk saya bayari karcis si nenek. Si nenek membalas dengan doa; semoga dimurahkan rezeki oleh Allah. Amin, responku. Dia berpesan, kalau sudah hampir tiba di Medaeng untuk diberi tahu. Dia mau turun di sana. Hampir tiba di Medaeng, kuberitahukan, dan kuberi ia sebungkus sabun Giv.
Bersama Ibu Siyam di bus Restu |
Usai shalat, saya mengemas barang-barang bawaan. Tiba-tiba dari belakang ada orang menyapa. Bikin kaget saja. Sungguh saya tak punya hati luar.
"Mau ke mana Mas?"
"Sumenep."
"Sumenep itu terus ke barat di Jawa ini ya?
"Bukan, di Pulau Madura."
"O...!!"
Baru tahu dia.
Mushalla di ruang tunggu lantai I bagian barat |
Penyanyai berkerudung oren pegang mic tanpa kabel |
Di terminal Bungurasih |
Azan Magrib tiba. Bus yang kutumpangi masih melaju cepat di dekat masjid Sodok. Kuberbuka seadanya. Tahu Rp1.000 cukup untuk menu berbuka. Pukul 18.15 saya tiba di rumah dengan selamat.
Surabaya-Sumenep, 8-9 Mei 2019
_________
*) Hobi traveling, suka naik bus, suka baca, suka menulis dan suka belanja buku. Selaku orang NU, tokoh idola: KH. M. Hasyim Asy'ari, KH. Said Aqil Siradj, Gus Muwafiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar