Sabtu, 11 Mei 2019

ULAMA PUNYA BEBAN MORAL BERAT

M. Khaliq Shalha


Mengaji Kitab Minhajul 'Abidin bersama Prof. Dr. KH. Abd. A'la, M.Ag di PP. Annuqayah Latee

"Dikira gampang apa jadi ulama. Masya Allah...!" (KH. Said Aqil Siradj).

Di Indonesia akhir-akhir ini heboh dengan perebutan opini tentang ulama. Masyarakat awam kita begitu mudah memberi merek ulama pada seseorang karena sering tampil di televisi dengan modal vokal bicara dan beraksesoris ala ulama tanpa tahu kapasitas dan latar belakang keilmuannya. Padahal banyak di antara mereka suka menebar kebenciaan, sarkastis, provokatif. Sementara mereka yang memang betul-betul berkompetensi di bidang agama, oleh kalangan awam dituduh sesat.

Jadi, ada semacam fenomena keterbalikan persepsi. Dunia seakan terbalik. Hal yang semestinya sekadar jadi tontonan malah dijadikan tuntunan, dan begitu sebaliknya.

Umat tidak cukup sekadar memiliki ketaatan dan loyalitas tinggi dalam beragama, tapi juga sangat perlu berpengetahuan memadai sehingga tidak mudah dibodohi oleh siapa pun dengan mengatasnamakan membela agama, tapi malah semakin jauh dari nilai-nilai agama.

Di awal-awal kitab Bidayatul Hidayah, Imam al-Ghazali menyitir hadits Nabi SAW yang isinya sangat menukik. Nabi bersabda, "Ada yang saya lebih khawatirkan atas kamu daripada Dajjal." Para sahabat bertanya, "Siapa gerangan dia ya Rasulullah." "Ulama'us su' (Ulama jelek)," jawab beliau. Ulama jelek itu, ulama abal-abal.

Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Maraqil 'Ubudiyah (syarah dari Bidayatul Hidayah) menjelaskan makna "uluma'us su'", yaitu setiap orang munafik yang amat vokal lisannya tapi amal dan hatinya hampa. Ilmunya sekadar dijadikan penggenjot profesi untuk mencari makan dan popularitas sehingga publik terpana dan terpikat. Mengajak orang-orang mendekatkan diri kepada Allah sementara dirinya lari tunggang langgang dari Allah.

Imam Nawawi menambahkan riwayat Ahmad dari Abu Hurairah. Nabi bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku takuti atas umatku adalah setiap orang munafik yang vokal bicaranya ('alimul lisan). Riwayat lain dari Imam Ahmad dan Imam Thabrani melalui Sahabat Abu Dardak, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku takuti atas umatku adalah para imam yang menyesatkan."

Beban moral ulama memang berat. Selain kualifikasi keilmuannya harus betul-betul memadai, juga harus diimbangi dengan pengamalannya dan suri teladan yang baik.

Tanpa kualifikasi itu, sangat mengkhawatirkan; dapat menghanyutkan umat pada muara kesesatan. Hal semacam inilah lebih membahayakan ketimbang Dajjal. Dajjal sudah nyata menyesatkan, sementara ulama abal-abal membuat orang tertipu. Nyatanya menghanyutkan.

Wallah a'lam.

***

Menasehati diri.

Sumenep, 11 Mei 2019 M/6 Ramadhan 1440 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar