Rabu, 03 Juli 2019

KHUSYUK ITU MENIKMATI

Maqbarah Sunan Kudus, 27 Juni 2019
Khusyuk dalam shalat, menurut guru saya adalah menterjemahkan bacaan shalat ke dalam hati. Kalau dalam dunia puisi pengertian ini sama dengan menjiwai. Menurut pengertian saya, khusuk itu menikmati. Menikmati apa saja yang dikerjakan atau dirasakan. Menikmati angin sepoi-sepoi di pagi hari itu khusuk.

Menikmati apa yang dikerjakan membuat seseorang menjadi nyaman dan tak terbebani. Lebih terjamin meraih kualitas kerja, bukan hanya kuantitas. Menikmati shalat tarawih akan terasa enak tanpa beban walau rakaatnya lumayan banyak. Di Masjidil Haram katanya, kiraat shalat tarawih tiap malam satu juz. Jamaah cukup menikmati, tidak menjadi beban. Seperti pengalaman kakak sepupu saya waktu umrah. Beliau jadi ketagihan. Ia bilang, "Pengen kembali lagi."

Pekerjaan apa saja bila bisa dinikmati akan terasa nyaman dan lancar. Walau waktunya relatif lama. Contoh yang paling mudah; bagi bola mania, menonton siaran Piala Dunia 90 menitan tak terasa payah walau malam hari, bahkan merasa kurang. Lebih lama lagi, bagi penganten baru, waktu semalam itu terasa kurang panjang. Bahkan kalau bisa mau meminta kepada malaikat untuk diperpanjang. Bahasa puitis pun keluar, seperti dalam pelajaran sastra Arab (balaghah); "Ya lailu, thul. Ya naumu, zul. Ya shabhu, qif la tathlu' (Wahai malam, perpanjanglah waktumu. Wahai rasa ngantuk, pergilah. Wahai subuh, berhentilah, jangan terbit)." Itu gambaran orang yang khusyuk (menikmati) proyeknya. Bagaimana dengan Anda?

Selamat menikmati!

Sumenep, 3 Juli 2014

M. Khaliq Shalha
____________
Ngepos tulisan lama yang terarsip di facebook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar