Masjid Menara Kudus, 27 Juni 2019 |
Banyak kalangan memahami kalimat "kun fayakun" dengan bahasa sulap, simsalabim, abrakadabra. Sebuah kejadian secepat kilat tanpa proses yang rasional.
Pemahaman semacam itu, menurut saya, kurang tepat, walau Tuhan sangat bisa bertindak demikian. Dalam ilmu sharaf (morfologi Arab), konsep waktu untuk fi'il amar (kun) dan fi'il mudhari' (fa-yakun) adalah istiqbal, bermakna akan terjadi. Tentu butuh proses yang bisa dinalar. Misal, penciptaan langit dan bumi butuh proses panjang, sebagaimana disampaikan Tuhan dalam Al-Qur'an.
Kita mengharap anugerah Tuhan tak perlu banyak ilusi dengan berpegang pada pemaknaan kun fayakun yang tidak produktif itu. Kita rugi sendiri. Usaha harus dijalankan sebagai sebuah proses zahirnya dan doa harus dipanjatkan sebagai sebuah proses lunaknya.
Dunia ini bukanlah negeri dongeng, tapi realita dengan hukum alam (sunnatullah).
Wallah a'lam.
M. Khaliq Shalha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar